Long Weekend in Jogja - Day 1 (May 13, 2015) - Part 2

by - 5:08 PM

Kembali ke rencana awal. Kita menuju Museum Ullen Sentalu dengan kendaraan umum. Dari halte Malioboro 3, kita harus ke halte Kentungan. Karena Ayu butuh obat batuk, kita ke Apotek Kentungan deket halte. Setelah tanya-tanya, untuk menuju Kaliurang kita harus naik bus Yogyakarta-Kaliurang. Ada satpam yang baik nyuruh kita duduk aja nanti kalo bus-nya dateng dia kasih tau.
Sekitar nunggu 15 menit, 'bus' itu dateng. Ternyata, yang dimaksud 'bus' itu tak lain tak bukan adalah angkot. Angkot ini akan mengantar penumpang sepanjang jalan Kaliurang. Sebenernya, angkot ini berhenti sampe KM20, tapi setelah tawar-tawaran akhirnya kita charter dan supirnya mau nganterin kita sampe Museum Ullen Sentalu, nungguin, dan nganter pulang lagi. Setelah ngerasain sendiri, gw saranin kalo ke sini atau ke tempat yang jauh-jauh dari pusat kota Jogja mending sewa mobil aja.

Akhirnya tibalah kita di tujuan impian. Gw juga udah pernah ke sini tapi kurang menikmati karena lagi hujan waktu itu. Beruntunglah cuaca mendukung hari ini. Sengaja kita bela-belain ke sini karena takut rame besoknya tanggal merah.
Museum Ullen Sentalu merupakan museum yang menceritakan budaya Jawa, mostly about budaya Mataram terutama tokoh-tokoh Kesunanan Solo dan Kesultanan Jogja yang jarang diceritakan ke masyarakat. Itulah yang membuat museum ini menarik. Museum ini milik swasta, bukan milik pemerintah maupun kesultanan. Pengunjung dikenakan harga tiket sebesar Rp30.000,-. Itu udah termasuk guided tour selama 50 menit dan nyobain jamu awet muda.
Gw dan Ayu beruntung saat kita dateng ada rombongan dari Jakarta lagi nunggu giliran masuk, bisa jebe deh jadinya. Dan kata mbaknya beruntungnya kita juga pas nggak rame jadi ada guide yang standby.
Dijamin nggak bakal bosen selama di dalem, karena bagi gw semuanya menarik. Ditambah guide kita, mbak Tari, enak banget ngejelasinnya. Tau sendiri budaya Jawa yang sangat complicated. Gw aja yang orang Jawa cuma tau ala kadarnya. Di sini kita bisa liat foto-foto, lukisan, alat musik, pakaian, kain batik, surat-surat, arca, dan lain-lain. Harus gw akui museum ini bagus banget dan penyajiannya priyayi. Selama tour kita nggak boleh ngambil gambar, hanya di beberapa spot aja yang boleh. Selain museum, ada restoran juga di sini namanya Beukonhof Restaurant yang bergaya Belanda dan menyajikan makanan western, tapi kita nggak makan di situ.


Back to our original plan, we were going to Museum Ullen Sentalu by bus. From Malioboro 3 stop, we had to reach Kentungan stop. After asking people, if we want to go the museum we should take Yogyakarta-Kaliurang bus. The 'bus' is actually an angkot (a mini bus). Based on my experience, I suggest you better rent a car to reach places which is quite far from Jogja city centre. 


Museum Ullen Sentalu presents Javanese art and culture, mostly tells about Mataram culture, the Solo and Jogja kingdom which is rarely known by public. The museum is private-owned, not government nor Yogyakarta kingdom-owned. The entrance fee is Rp30.000,- for domestic guests while for foreigners is Rp50.000,-. The fee is including 50-minute guided tour and trying Jamu Awet Muda.


I guarantee you won't be bored inside. Luckily, my guide was very attractive. Here we can see pictures, paintings, musical instruments, clothings, batik, letters, statues, etc. I have to admit that this museum is very nice and 'rich'. Guests are not allowed to take pictures during tour, only allowed on some spots. Besides museum, there is a Dutch-style restaurant called Beukonhof Restaurant which provides western food.




Jamu Awet Muda










Kita sebenernya udah kelaperan banget dan emang udah nargetin mau makan di Waroeng of Raminten di Kaliurang KM15. Kita menuju ke sana pake angkot yang udah kita charter itu. Pas mau turun, pake debat dulu sama supirnya gara-gara miskom tarif. Totalnya jadi Rp135.000,- berdua!! Gila. Tapi dipikir-pikir jaraknya cukup jauh dan kita juga harus gantiin penumpang sih. Ya sudahlah, pengalaman.

Masuk restoran, di bagian depan dijual cokelat-cokelat eksis keluaran Chocodot yang berbunyi 'Cokelat Anti Galau', 'Cokelat Enteng Jodoh', dan kawan-kawannya itu. Berada di dalam restoran dengan bangunan yang didominasi kayu, open-air, ada kolam, ditambah udara yang sejuk bikin hati dan pikiran jadi adem. Kita duduk di selasar bawah dan segera milih dan pesen makanan. Menu yang ditawarkan masakan Indonesia.


We were already starving and wanted to eat at Waroeng of Raminten at Kaliurang KM15. We went there by the same angkot we used to reach the museum. There was a miscommunication with the driver about the fee. We ended up paying Rp135.000,-! Crazy indeed. The distance is quite long after all.

At the entrance of the restaurant, there are chocolates with interesting word that Indonesians found it very funny. Being at the restaurant with wooden furnitures, open-air, a pond, and breezy wind made me feel calm. We sat at the bottom terrace and order the food. The restaurant serves Indonesian cuisine.












Datanglah pesenan kita. Untuk makanan, gw pesen paket yang terdiri dari ikan bakar, plecing (kangkung pake sambel), nasi, dan es teh seharga Rp18.000. Ayu pesen yang ayam bakar. Untuk minuman tambahan, gw pesen Susu Kembang Perawan (Rp11.000) cuma gara-gara pengen foto gelasnya yang fenomenal itu.
Masalah rasa, untuk ikannya sendiri MANTEP BANGET!! Sumpah, ini bukan karena kelaperan. Tapi emang bumbunya enak banget dan meresap ke ikan. Plecingnya juga enak tapi sambelnya super pedes! Jadi untuk yang nggak kuat, mending dipinggirin dulu tuh sambelnya. Gw yang sebenernya kuat pedes tapi nggak kelewat pedes ini rela ngabisin walau air mata udah netes saking ketagihan. Untuk Susu Kembang Perawan-nya, gw sebelumnya have no idea ini minuman apa. Pas minum, gw masih bertanya-tanya, 'Ini minuman apa sih?'. Penampakannya kayak santan pecah pas direbus dan ada cincau sama kolang-kalingnya. Pas gw post di Instagram, temen gw bilang ini susu jahe. Tapi rasanya jauh dari itu. Sampai sekarang gw nggak bisa mendeskripsikan rasanya.


Here comes the food. I ordered a combo that consists of grilled fish, plecing (kangkung=one of Indonesian vegetables, served with chilli sauce), rice, and ice tea for Rp18.000,-. Ayu had the one with grilled chicken. For additional drink, I ordered Susu Kembang Perawan (Rp11.000,-) only because I wanted to take picture of its fenomenal cup shape.
Talking about taste, the fish is very tasty. It is very well-seasoned. The plecing is also nice but watch out for its super spicy chili sauce. I had no idea what Susu Kembang Perawan was before. The look is like a broken coconut milk, with grass jelly and kolang-kaling. When I posted it on Instagram, my friend said it was a ginger milk. But the taste is way far than that. Until now, I couldn't describe the taste.
Susu Kembang Perawan


Setelah kenyang, kita naik taksi menuju KaliMilk, kedai susu eksis di Kaliurang KM4.9. Sebenernya ini berasal dari ketidaksengajaan pas jalan ke Ullen Sentalu kita ngeliat ini dan jadi pengen sekalian ke sini. Rasanya surga banget di dalem, berhubung tiba-tiba hujan. Beruntung kita masih dapet tempat duduk karena lagi lumayan rame.
Selain tentunya susu, KaliMilk juga menyediakan makanan light sampai yang cukup bikin kenyang. Tapi karena abis makan, kita cuma pesen susu. Pas dibuka menunya, ampun banyak banget pilihan rasa susunya. Semuanya keliatan menarik. Coba ukuran gelasnya mini, gw cobain satu-satu deh. Gw berakhir pesen Cracknel Milk, susu caramel pake biskuit manis. Sama sekali nggak nyesel pesen ini! Rasa manisnya pas, biskuitnya juga enak, minumnya jadi nggak bosen karena ada yang dikunyah. Kalo Ayu pesen susu vanilla yang panas. Gw ngicip dan enak juga. Pas banget bikin anget.


After being full, we took a taxi to go to KaliMilk, a popular milk cafe at Kaliurang KM4.9. It was raining outside so it felt very comfortable inside. Besides milk, it also provides light to almost-heavy food. Because we just had lunch before, we only ordered milk. When I opened the menu, there are too many milk flavours to choose! Everything was very tempting. I wish the glass size was smaller so I could taste all flavours. I ended up having Cracknel Milk, a caramel milk with sweet biscuits. I didn't regret at all choosing this. The sweetness is perfect, and the biscuits are nice, giving a little crunch. Ayu had a hot vanilla milk. I tasted it and it is also nice.
Cracknel Milk

Walau susu udah habis, kita masih duduk bentar di dalem. Setelah hujan reda, kita jalan-jalan deket situ. Ternyata di sepanjang jalan ini banyak banget tempat makan. Menarik banget untuk dicoba namun apa daya perut sudah tidak mampu menampung.

Rencana selanjutnya adalah ke Epic Coffee di Jl. Palagan Tentara Pelajar. Kita menuju halte Kentungan lagi. Kesabaran kita diuji mulai dari sini. Udah nunggu sekitar setengah jam, kok busnya nggak dateng-dateng. Kita nyerah dan berusaha nyari taksi. Dan ternyata nggak semudah yang dibayangkan! Taksi jarang banget yang lewat dan sekalinya lewat udah ada penumpangnya atau udah dipesen. Jalanan super macet dan kita udah nggak tau malu pindah-pindah spot cegat taksi. Penyakitnya sama aja nih kayak Jakarta, kalo besoknya libur, malem sebelumnya super macet. Akhirnya setelah berpasrah satu jam, nemu juga taksi. Syukurlah...


Even though we already finished drinking, we still waited inside. As soon as the rain stopped, we walked around there. We found many eating places along the street.

Our next destination plan is Epic Coffee at Jl. Palagan Tentara Pelajar. We were heading back to Kentungan stop again. We had been waiting for half an hour, but there was no sign of bus. We gave up and tried to find taxi. But it wasn't as easy as expected! The taxi passing by was either occupied or ordered. The traffic was very bad because the next day is holiday. After around an hour, we finally got one. Feel so relieved.



Gw pengen ke sini banget karena kafe ini hits abis sering muncul di timeline Instagram. Well, ternyata emang nggak biasa. Kafe ini nyatu sama Epilog Furniture, jadi pengunjung juga bisa sekalian liat-liat. Tempat dan furniturenya benar-benar memanjakan mata. Suasananya mau di dalam atau luar sama-sama pewe.



I really wanted to go here since it kept coming up on my Instagram timeline. Well, it is not a regular cafe after all. The cafe is merged with Epilog Furniture, so the guests can also look around. The place itself and the furniture are very interesting. I love the ambience, either indoor or outdoor.





Epilog Furniture

Andai cuma bisa numpang duduk, tapi kan nggak mungkin. Ayu kebetulan pengen cake jadi dia pesen Red Velvet Cheese Cake. Sedangkan gw pesen Pannacotta sama Strawberry Juice. Jus-nya seger tapi menurut gw kedua dessertnya biasa aja.



I wish I could only sit since I was full. Ayu was craving for cake so she ordered Red Velvet Cheese Cake. I ended up having Pannacotta and Strawberry Juice. The juice was refreshing while for me there was nothing special for both desserts.





Epic Coffee jadi destinasi terakhir kita di hari itu. And that's how we ended our first day.

Epic Coffee became our last destination. And that's how we ended our first day.

You May Also Like

0 comments