Pages

  • HOME
  • ABOUT

WORLD OF NADA


Setelah seminggu berada di Manado, akhirnya gue udah harus kembali pulang. Karena cuma punya sisa waktu setengah hari, gue pikir gue nggak akan kemana-mana dan jalan-jalan santai aja. Eh, ternyata justru di hari terakhir ini gue berpetualang ke tempat-tempat menarik.

Pagi-pagi dimulai ke Pasar Tomohon karena para frater mau belanja bahan-bahan makanan untuk dimasak di seminari. Awalnya gue masih merasa kayak di pasar tradisional biasa walau ada beberapa barang yang nggak biasa gue liat untuk dijual kayak ikan cakalang fufu yang memang khas-nya Manado.


Ikan cakalang fufu



Ditelusuri lebih lanjut, ternyata di sini ada Pasar Ekstrim. Gue bener-bener kaget dan nggak nyangka dengan pemandangan yang gue liat di sekeliling gue. Kalo biasanya di bagian daging pasar tradisional jual ayam dan sapi, dan hal ter-nggak biasa yang dijual adalah buntut sapi, di sini makin absurd lagi! Walau udah biasa makan babi, tapi baru kali ini gue liat babi utuh lagi dipotong. Itu belum seberapa, masih ada ular, paniki (kelelawar), dan babi hutan.

Yang paling nggak gue sangka, ternyata di sini juga jual anjing. Waduh, gue kira foto-foto yang beredar tentang pembunuhan anjing itu nggak wajar where actually it's common here. Tadinya gue diajakin buat liat pembunuhannya tapi nggak mau, takut nggak tega. Ternyata, mau nggak mau gue ngelewatin dan ngeliat di depan mata bagaimana anjing-anjing itu dibunuh. Karena darahnya nggak boleh keluar, anjingnya dipukulin dulu terus belom mati bener, udah dibakar pake semprotan api (alatnya kayak shower tapi yang keluar api). Lebih mirisnya lagi, temen-temennya anjing ditempatin di dekat anjing lain dibunuh jadi mereka bisa liat. Mukanya udah melas banget gue nggak tega. Makanya sampe sekarang gue masih belum bisa makan anjing. Walau gue ambil fotonya, tapi nggak gue publish biar nggak menimbulkan kontroversi.

Paniki (kelelawar)



Beralih dari pasar, kita mampir sebentar ke Pusat Kuliner Tomohon untuk beli cemilan. Jam buka resminya mulai dari jam 3 sore dan jalanan ditutup sampai jam 10 malem. Duh, pasti surga banget deh. Untung hari itu pulang. Nggak kebayang gue bisa kalap kalo dateng pas malem.


Untuk benar-benar mengisi perut, kita makan Tinutuan di Rumah Makan Tante Rose. Akhirnya gue benar-benar merasakan bubur Manado dan ini enak banget!

Selesai makan, kita mampir ke Seminari Menengah St. Fransiskus Xaverius Kakaskasen yang lagi direnovasi dan kita menyempatkan doa di gua Maria-nya.

Destinasi terakhir kita yaitu Bukit Doa Tomohon yang ternyata cukup terkenal. Nggak cuma umat Katolik yang datang ke sini tapi banyak juga pengunjung dari umat beragama lain karena tempatnya emang bagus buat foto-foto. Berasa kayak lagi di mana gitu karena letaknya di perbukitan.
Kapel Bunda Maria

Amphiteather

Menelusuri area Bukit Doa ini, gue benar-benar terkesima dengan tempatnya. Keren banget! Kapelnya, patung-patungnya, jalan Salibnya. Gue bersyukur banget bisa ke sini, apalagi jadi destinasi terakhir sebelum pulang jadi punya penutup yang berkesan.

Gua Maria



Akhirnya, gue sudah benar-benar harus pulang. Sekali lagi, gue bersyukur banget bisa ikut Indonesian Youth Day ini ketemu teman-teman baru, menjelajah daerah di negara sendiri, liat kebudayaan dari berbagai daerah di Indonesia, mengunjungi tempat-tempat baru, dan mendapatkan pengalaman luar biasa yang belum tentu terulang.

Terima kasih teman-teman kontingen KAJ, para romo, frater, dan semuanya atas pengalaman kebersamaannya dan bikin perjalanan kali ini berkesan.
Bandara Sam Ratulangi Manado

See you on next trip!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hari ini sebagian teman-teman kontingen udah harus pulang ke Jakarta, tapi beruntungnya gue dapet giliran pulang hari besoknya jadi bisa jalan-jalan dulu. Rombongan yang masih stay bisa jalan-jalan sendiri atau kembali tinggal bersama keluarga live-in. Cerita sedikit, tadinya gue mau jebe kontingen Bandung buat barengan extendnya, namun akhirnya gue nemu teman-teman dari KAJ yang sejalan juga jadi berakhir memilih sama mereka biar gampang koordinasinya.

Teman-teman extend gue terdiri dari Jovita, Victor, dan Adrian. Saking banyaknya kontingen Jakarta, gue baru kenal mereka ya pas di Manado ini. Pas banget di penginapan terakhir gue dan Jovita sekamar jadi bisa ngobrol-ngobrol dulu.

Pagi itu, gue bener-bener zombie mode-on secara cuma tidur sekitar 3 jam seusai penutupan IYD. Tapi gue dan yang lain udah harus bergegas pergi dan memulai hari. Beruntung banget Victor temenan sama frater di Skolastikat MSC yang emang tinggal ngesot dari Seminari Pineleng, jadi kita bisa menginap di sana.

Setelah menaruh barang, kita langsung berangkat menuju Bunaken. Ada angkot nganggur di depan, langsung kita tanya dan sekalian nawar untuk charter. Dan untungnya supirnya baik banget.
Hits banget angkotnya

Setelah sampai di checkpoint, kita siap menyeberang pulau. Sepanjang perjalanan keliling pulau, kita dipandu sama saudara temannya Jovita (biar bisa sekalian nego harga juga, hehe). Gue menikmati pemandangan sekaligus ngantuk berkat angin selama di kapal.





Sekitar setengah jam kemudian, sampailah kita di Bunaken! Karena kita mau snorkeling, kita langsung ganti baju renang dan kaki katak yang disewain. Wah, jadi nggak sabar gue.


Sumpah, ini sebenernya kegiatan yang bukan gue banget, tapi mumpung udah di sini ya dicoba deh. Mana gue udah nggak bisa berenang, jadi rada-rada gimana gitu. Pertama-tama, kita latihan pernafasan dengan alat snorkel nya. Awalnya gue masih kagok dan rada panik. Setelah mencoba untuk tenang, akhirnya mulai bisa dan terbiasa. Terus mulai deh muter-muter kesana kemari liat pemandangan bawah laut. Eh, tiba-tiba gue ketagihan. Sampai akhirnya mencoba bertahan di dalem laut buat foto-foto. Bener-bener ini pengalaman baru yang menyenangkan buat gue. Plus, makin seneng tiba-tiba gue bisa ngapung di air lagi, haha.




Setelah main-main di air, kita pindah ke Pulau Siladen. Di sini kita super ngaso duduk-duduk, jalan-jalan di sekitar. Tiap napak, telapak kaki rasanya kayak kebakar saking panasnya matahari.





Suka banget warna airnya!

Pas jalan-jalan, ternyata ada penginapan bagus di sini. Nggak disangka, banyak turis asingnya lagi berjemur. Semacem nemu pulau tersembunyi yang suka didatengin artis gitu lah. Ternyata di negara sendiri juga nggak kalah bagus.


Seusai menjadi anak pantai, kita kembali menuju ke kota dan dibawa ke Monumen Yesus Memberkati. Walau 3 hari sebelumnya gue udah ke sini pas kesasar, kali ini bisa liat dari angle yang bagus yaitu dari kawasan perumahan Citraland. Lumayan ada beberapa orang yang foto-foto juga, tapi nggak rame banget. Kebetulan lagi ada yang jualan es krim, pas banget butuh yang seger. Gue sangat menikmati suasana sore itu, serasa kembali ke masa kecil sore-sore jalan di komplek rumah.


Kita kembali ke seminari. Lumayan, berhubung belom makan kita disediain suguhan sore sama para frater. Saking lapernya, gue nggak sungkan buat makan. Dan akhirnya bisa mandi! Gila, seharian lepek banget ke sana ke mari belom mandi, cuma bilas doang abis main air tadi.


Malamnya, kita diajak makan keluar. Seneng banget bisa sambil menikmati suasana malam kota Manado. Kita makan di Kelapa 17, salah satu tempat makan di Ruko Mega Mas. Ini pertama kalinya gue mencoba ragey, sate babi yang panjangnya setengah meter! Tolong ini enak banget rasanya gurih-gurih gitu, dimakan sama kangkung dan dabu-dabu jadi makin mantep! Mumpung di sini juga, gue pesen Babi Tore, babi yang digoreng crispy. Ini juga mantep banget nggak kuat. So far, ini jenis masakan babi yang paling gue suka.



Kita dibawa ke jembatan Soekarno yang jadi icon baru kota Manado. Sukaaa banget sama lampunya yang warna-warni, serasa lagi di mana gitu. Pemandangan yang bagus menutup malam terakhir gue di Manado.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Setelah berada 5 hari di Manado, nggak kerasa tiba-tiba hari ini udah di penghujung rangkaian acara IYD 2016. Walau ngantuk, tapi pagi itu rasanya semangat banget. Sebelum memulai acara, kita semua 'pemanasan' di venue utama dengan joget Gemu Famire, lagu dari Nusa Tenggara Timur yang lagi hits.


Acara 'Ngopi' kemarin ternyata masih berlanjut, namun hari ini nggak dibagi ke dalam kelompok-kelompok. Pembicara kali ini juga makin oke-oke. Di antaranya Mgr. Joseph Suwatan selaku Uskup Manado, Bapak Agus Sriyono (Dubes RI) untuk Vatikan, Daniel Mananta yang bikin cewek-cewek histeris, dan Wregas Bhanuteja (sutradara film Prenjak yang memenangkan kategori film pendek di festival film Cannes). Dalam sesi ini, yang paling berkesan buat gue justru bapa Uskup Suwatan yang ngomongnya super blak-blakan dan ngena banget.



Kontingen Jakarta tiba-tiba meng-orange-kan venue berlindung dari tampias
Menu makan siang
Setelah makan siang, saatnya mengunjungi stand dari masing-masing kontingen. Masing-masing stand unik dengan ciri khas daerahnya masing-masing. Sayangnya, tiba-tiba hujan jadi agak kurang nyaman liat-liatnya.


Stand Kontingen Keuskupan Agung Jakarta

Ada untungnya hujan, kita jadi bisa kompakan pake jas hujan super ngejreng ini dan narik pengunjung ke stand kita
Nggak lama kemudian, gue dan teman-teman regio Jawa yang akan tampil malam ini udah harus bersiap-siap, terutama yang perempuan karena dandannya rempong. Awalnya, setelah selesai dandan, kita mau ikut misa penutup. Eh, nggak taunya dandannya seribet itu sampe harus skip misa. Bahkan kita baru selesai beberapa saat sebelum kita tampil.

Gue salut banget sama Romo Adi dari Malang selaku koreografer tarian yang terinspirasi dari doa 'Aku Percaya' ini. Jiwa seninya tinggi banget. Kalo nggak tau, nggak bakal nyangka beliau seorang romo. Selain jadi koreografer, beliau juga ikut nari, ngurus kostum, perintilan, dan dandanin kita semua. Beliau yang pakein kain cewek-cewek dan nyasak rambut suster yang nari juga. Romo juga memastikan penampilan kita maksimal. Untuk konde beberapa penari wanita termasuk gue, harus pakai pandan yang udah dipadatkan bentuknya jadi semacam donat besar dan pakai melati segar juga. Karena romo maunya semuanya segar, jadi bahan-bahan itu benar-benar baru dikirim hari itu dari Malang dan tiba sore harinya. Wow.


Romo Yogo dari Jakarta yang dipaksa ikutan nari lagi 'dikerjain'

Romo Adi lagi bikin rambutnya suster



Suasana belakang panggung

Seusai tampil
Penari regio Jawa perwakilan Jakarta: Aldo, Rayi, gue, dan Romo Yogo
Source: Denny Leewardus

Sama kontingen Bali

Suatu pengalaman yang luar biasa buat gue bisa menari di malam penutupan IYD ini. Banyak hal yang bikin gue senang dan bersyukur. Sekali-kali bisa menyalurkan minat tari gue ini di acara gereja. Selain itu, gue bisa dapet temen-temen baru, khususnya dari pulau Jawa. Sebagai orang Jawa yang sampai tahun 2010 rutin pulang ke kampung bokap di Boyolali, sewaktu latihan pertama bareng mereka bulan September lalu di Wisma Salam, rasanya nyambung dan kayak pulang kampung lagi. Bener-bener bahagia. Malam itu, gue juga berasa jadi manten Jawa dengan dandanan dan pakaian kayak gitu, hehehe. Di sisi lain, ada nggak enaknya juga jadi performer karena jadi nggak bisa nikmatin acara. Padahal, pengen juga liat penampilan dari regio lain yang pasti bagus juga dan nonjolin kebudayaan daerah. 

Setelah berganti baju dan beberes, gue kembali ke rombongan. Akhirnya rangkaian acara Indonesian Youth Day 2016 resmi ditutup. Kita merayakannya dengan joget Gemu Famire lagi, lagu ini benar-benar nggak bikin bosen dan menyatukan kita semua. Nggak rela semua ini harus berakhir, akhirnya semua lagu yang bikin joget dari berbagai daerah di Indonesia dipasang. Seru banget kita berdansa dan teman-teman dari Timur ngajarin berbagai gerakan untuk diikuti.



Walau acara IYD selesai, namun petualangan gue di Manado masih berlanjut. Silahkan ikuti ceritanya di postingan berikutnya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

About

About
Big chunks of travel stories and sprinkles of everything else.

Destinations

  • Andorra
  • Asia
  • Bali
  • Bandung
  • Czech Republic
  • Europe
  • France
  • Germany
  • Hong Kong
  • Indonesia
  • Italy
  • Macau
  • Malaysia
  • Manado
  • Netherlands
  • North Korea
  • Portugal
  • Singapore
  • South Korea
  • Spain
  • Switzerland
  • United Kingdom
  • Yogyakarta

Archive

  • ▼  2019 (1)
    • ▼  December (1)
      • 2019: The 'See You's and 'Hello's
  • ►  2017 (16)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (4)
    • ►  March (4)
    • ►  January (1)
  • ►  2016 (5)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2015 (140)
    • ►  December (3)
    • ►  November (4)
    • ►  October (12)
    • ►  September (10)
    • ►  August (5)
    • ►  July (13)
    • ►  June (3)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (5)
    • ►  February (81)
Powered by Blogger.

Top Reads

  • 2017 Year-End Note: A Story of Gratitude and Other Life Lessons
    These past two years have been the greatest years I've ever had. I had been wanting to write this last year, but I just got the chan...
  • Japan Winter Trip, Day 1 (Jan 19, 2017) - Tokyo
    Japan has been on the top of my travel destinations bucket list. I don't know why, but everything about Japan is very appealing to...
  • Japan Winter Trip, Day 8 (Jan 26, 2017) - Universal Studios, Osaka
    So here comes the very last day of the whole trip. I felt a bit sad but more excited because we were going to Universal Studios Osaka! My...
  • Japan Winter Trip, Day 2 (Jan 20, 2017) - Tokyo Disney Sea
    Going to Disney amusement park is the day I've been waiting the most. I've experienced Hong Kong Disneyland twice and wonder how ...
  • Japan Winter Trip, Day 5 (Jan 23, 2017) - Tokyo Disneyland
    Last day in Tokyo, I spent it at the known as happiest place on earth, Disneyland. Based on my experience going to Disney Sea, I made a h...

Instagram

Created With By ThemeXpose & Blogger Templates