Pages

  • HOME
  • ABOUT

WORLD OF NADA



Hari yang paling gue nantikan akhirnya tiba! Hari ini untuk pertama kalinya seluruh peserta IYD dari seluruh Indonesia berkumpul. Super excited!! Semua kontingen akan melakukan devile di kota Manado.

Pagi itu gue bisa bangun agak siangan karena rombongan paroki Kokoleh diminta berkumpul jam 11, namun emang dasar gue kebo, bangun jam 9 aja rasanya masih ngantuk. Sebelum mandi, kita disediain sarapan sama tante Nes. Walau menunya cuma singkong rebus, sambal ikan roa, sama kacang yang baru aja disangrai, tapi selesai makan rasanya kenyang banget.

Setelah mandi dan bersiap-siap, secara bergantian kita diantar OMK setempat naik motor ke paroki. Di tengah jalan, berhenti dulu di salah satu rumah warga dan diminta makan. Kan gue baru aja makan ya? Tapi nggak enak juga mereka udah nyiapin, jadi mau nggak mau gue makan deh tuh nasi sama ikan.

Sesampainya di paroki, suasana langsung rempong pembagian mobil untuk menuju stadion, ditambah tiba-tiba hujan jadi nggak mungkin duduk di luar kalo yang pake mobil pick up. Gue berakhir ditempatin di mobil seorang bapak yang bernama om Wem dan anaknya. Selama perjalanan, sesekali om Wem menanyakan posisi rombongan lainnya. Karena miskom, ternyata tadi gue udah berangkat lebih dulu dibanding yang lain jadi mereka masih jauh di belakang.

Di tengah perjalanan, ternyata gue melewati Monumen Yesus Memberkati yang jadi objek foto terkenal di Manado. Om Wem pun menawarkan gue untuk foto di situ. Nggak tau kapan bakal ke sini lagi, gue pun menggunakan kesempatan ini sebaik-baiknya walau nggak bisa foto dari atas. Yang penting puas banget kesampean untuk foto si monumen ini.


Mendekati stadion di Manado, gue update keberadaan teman-teman yang lain. Setelah parkir, gue berusaha mencari mereka berdasarkan foto yang dipost di grup. Udah muter-muter sekian lama bahkan sampai balik ke tempat awal, kok nggak ada tanda-tanda rombongan. Mulai panik lah gue karena devile udah mau mulai. Tiba-tiba, gue ketemu OMK Kokoleh, mereka bilang harusnya gue dibawa ke Lapangan Koni, bukan ke Stadion Klabat tempat di mana gue berada sekarang, walau emang nanti tujuan akhir devilenya ke sini. DEMI APA??!! Ya mana gue tahu, gue kira om Wem udah tau harus bawa gue ke mana.

Bagaikan anak itik yang hilang, gue mencari cara untuk menuju Lapangan Koni. Untung ada Ojon, salah satu OMK Kokoleh yang berbaik hati mengantarkan gue ke sana dengan motornya. Sepanjang jalan, gue nggak tenang sama sekali mana jalanan juga padat karena adanya acara ini. Sekitar 15 menit kemudian, akhirnya gue tiba di Lapangan Koni dan menemukan semua rombongan! Sumpah, mau nangis rasanya, perasaan campur aduk antara kesel, panik, dan lega.

Bersyukur saat gue nyampe, rombongan belum berangkat. Bahkan, gue masih sempet foto-foto sama kontingen lain. Semua sudah siap dengan pakaian daerah dan atributnya masing-masing. Benar-benar merupakan suatu pengalaman yang berharga buat gue bisa ngeliat kebudayaan Indonesia yang kaya dan beraneka ragam ini di depan mata. Pengalaman 2 kali misi budaya kalo devile bawa nama Indonesia dan ngeliat rombongan lain pakai pakaian khas negaranya masing-masing, kali ini ngeliat dari negara sendiri namun udah beragam dan bagus-bagus banget rasanya takjub.









Bersama Srikandi Paroki St. Matius Penginjil Bintaro, Fiona dan Sasha

Bersama Romo Alfons








Secara bergiliran, masing-masing kontingen berjalan meninggalkan Stadion Kodi menuju Stadion Klabat. Devile diawali dengan marching band dan cheerleader perwakilan dari berbagai sekolah.




Sepanjang jalan, warga Manado antusias banget melihat kita. Pemerintah setempat juga turut mendukung dan menyiapkan acara ini dengan maksimal. Setiap kontingen Jakarta lewat, pasti nama Ahok yang disebut warga. Eksis banget beliau di sini. Hal paling menarik yang gue temukan yaitu angkot Manado. Semuanya berwarna biru dan pasang lagu ngebeat keras-keras yang menarik perhatian.




Bersama Om Frans dan keluarga

Suasana begitu meriah mendekati Stadion Klabat. Sesampainya di sana, selain disambut pasukan keluarga live-in, keadaan juga diramaikan oleh OMK dan warga setempat. Tak lama setelah semua kontingen berkumpul, acara langsung dimulai dengan misa.



Gue bener-bener nggak tau misa dipimpin Mgr. Guido Filipazzi, Duta Besar Vatikan untuk Indonesia. Begitu beliau masuk bersama jejeran para uskup diiringi tari Maengket, gue langsung merinding. Iringan tari Maengket dan alunan musik khas Sulawesi memberikan suasana misa yang berbeda. 


Setelah misa, acara dilanjutkan dengan penampilan dari berbagai performer. Lagi-lagi gue terkesima dan nggak percaya bisa menyaksikan acara hiburan malam itu karena bagus-bagus semua dan menunjukkan kekayaan budaya Indonesia. Ada beatbox lagu daerah diiringi street dance, choir dengan gerakan tarian Bali, medley tarian daerah, macem-macem pokoknya. Nggak cuma anak muda dan awam yang mengisi, bahkan sampai para suster juga ikutan ngisi acara dengan menari! Sembari menonton, gue sambil muter-muter keliling untuk berfoto bersama kontingen lain dan menemui teman-teman regio Jawa yang pada malam puncak nanti akan menari bersama. Acara ditutup dengan menyanyikan bersama theme song IYD dan kembang api.
Kapan lagi bisa foto sama Mgr. Ignatius Suharyo? (beliau ada di bawah tulisan Jakarta)

Beatbox + street dance



Bajunya eye catching banger!

Sama teman-teman Kontingen Bandung


Kontingen Malang

Kontingen Keuskupan Agung Semarang


Hari ini merupakan hari yang paling berkesan buat gue selama IYD. Gue sangat merasa diberkati dan bersyukur bisa punya pengalaman seperti hari ini.

Selesai acara, walau rasanya super ngantuk, tapi hati senang. Masing-masing kontingen beranjak ke tempat penginapan yang baru. Kontingen Jakarta mendapat tempat di Seminari Pineleng. Gue sekamar dengan Feli dan Jovita. Segera setelah beberes dan bersih-bersih, kita langsung beristirahat dengan pulas didukung oleh kamar yang pewe.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Nggak terasa, perasaan baru aja nyampe di Tarabitan, tiba-tiba udah harus meninggalkan tempat ini. Pagi-pagi dimulai dengan menikmati Pantai Patuku. Secara bergiliran kita naik motor pergi dan pulang dari pantai. Anginnya super kenceng pas naik motor, sampai nggak bisa melek.

Santai banget rasanya begitu sampai di pantai. Secara ini hari Senin, hari di mana orang-orang masuk kerja dan seharusnya gue lagi magang, ini malah leyeh-leyeh. Kapan lagi ngerasain kayak gini.



Let's take a wefie!



Saat jam makan siang, kita menuju ke rumah om Albert. Setelah cuci kaki dan bersih-bersih, kita membantu para ibu-ibu menyiapkan makanan buat malam nanti. Jadi, malam itu akan diadakan Malam Bakudapa di mana peserta IYD dan warga paroki Kokoleh akan berkumpul. Masing-masing stasi menyediakan makanan tertentu dan stasi Tarabitan diminta menyediakan Lalampa, semacam lemper yang diisi ikan cakalang.



Habis itu, saatnya makan siang. Sama om Albert, kita udah disiapin babi, cumi, dan pastinya ikan. Aduuh, udah nggak perlu nunggu-nunggu lagi, langsung tancap! Rasa babinya sebenernya enak banget, tapi ya itu babi di sini banyak lemaknya.


Setelah kenyang, berhubung nanti malam masih butuh energi untuk acara malam keakraban di Paroki Kokoleh, saatnya istirahat dan siap-siap. Sekitar pukul 6 sore, kita semua udah berkumpul di depan gereja untuk berangkat bersama. Sebelum berangkat, kita berfoto bersama keluarga masing-masing. Haduh, campur aduk rasanya karena malam ini udah nggak tinggal sama mereka lagi.
Bersama Bu Agustin, Pake Recky, dan Iven

Setelah menempuh perjalanan kira-kira 1 jam, sampailah kita di Paroki Kokoleh. Sesampainya di sana, ternyata sudah ada beberapa yang datang dan doa rosario sudah dimulai. Rombongan yang lain datang menyusul dan mulai memenuhi daerah sekitar gua Maria.


Setelah selesai doa rosario dan sebelum memulai acara, kita menyantap makanan yang disiapkan dari stasi-stasi. Karena penasaran dan tadi pas bikin belum sempet nyoba, gue ngambil Lalampa-nya dulu. Rasanya hampir sama kayak lemper, tapi karena isinya ikan cakalang jadi bikin beda. Enak dan masih hangat pula.


Acara yang ditunggu-tunggu akhirnya dimulai. Diawali dengan beberapa sambutan lalu dilanjutkan berbagai hiburan. Gue sangat menikmati acara malam ini karena bisa ngeliat kebudayaan lokal dan keakraban begitu terasa, walau secara keselurahan agak kurang teratur waktunya dan tidak dibatasi. Walau diselenggarakannya di dalam gereja, tapi penonton bahkan pengisi acara dari umat agama lain juga turut berpartisipasi. Penampilan yang paling gue suka Tari Maengket. Sebagai penari, gue salut dan terinspirasi banget sama penarinya yang bisa dibilang sudah hampir lansia tapi bisa menarikan gerakan yang nggak sederhana dan teratur.

Persembahan dari kontingen Jakarta yang melibatkan semua peserta



Tari Maengket


Poco-poco ala Sulawesi





Semakin malam, walau ngantuk dan lelah, kita tetap lanjut seru-seruan joget bareng sama OMK setempat sampai akhirnya pembagian tempat tinggal. Untuk semalam ini saja kita pindah ke rumah baru. Kali ini kita tinggalnya nggak sendiri tapi bersama peserta lainnya.
Malam itu sudah hampir pukul 11 dan gue dan 2 orang teman yang tinggal bareng baru tiba di rumah tante Nes, host yang baru. Nggak enak banget sejujurnya baru nyampe tengah malam, baru kenalan, langsung numpang tidur. Tapi tante Nes-nya baik banget. Sebenarnya, di gereja masih lanjut lagi acara kembang api. Untungnya, berhubung rumah ini lumayan jauh dari gereja dan gue beserta teman-teman satu rumah kompak udah nggak kuat lagi, kita memutuskan untuk tidur aja.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About

About
Big chunks of travel stories and sprinkles of everything else.

Destinations

  • Andorra
  • Asia
  • Bali
  • Bandung
  • Czech Republic
  • Europe
  • France
  • Germany
  • Hong Kong
  • Indonesia
  • Italy
  • Macau
  • Malaysia
  • Manado
  • Netherlands
  • North Korea
  • Portugal
  • Singapore
  • South Korea
  • Spain
  • Switzerland
  • United Kingdom
  • Yogyakarta

Archive

  • ▼  2019 (1)
    • ▼  December (1)
      • 2019: The 'See You's and 'Hello's
  • ►  2017 (16)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (4)
    • ►  March (4)
    • ►  January (1)
  • ►  2016 (5)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2015 (140)
    • ►  December (3)
    • ►  November (4)
    • ►  October (12)
    • ►  September (10)
    • ►  August (5)
    • ►  July (13)
    • ►  June (3)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (5)
    • ►  February (81)
Powered by Blogger.

Top Reads

  • 2017 Year-End Note: A Story of Gratitude and Other Life Lessons
    These past two years have been the greatest years I've ever had. I had been wanting to write this last year, but I just got the chan...
  • Japan Winter Trip, Day 1 (Jan 19, 2017) - Tokyo
    Japan has been on the top of my travel destinations bucket list. I don't know why, but everything about Japan is very appealing to...
  • Japan Winter Trip, Day 8 (Jan 26, 2017) - Universal Studios, Osaka
    So here comes the very last day of the whole trip. I felt a bit sad but more excited because we were going to Universal Studios Osaka! My...
  • Japan Winter Trip, Day 2 (Jan 20, 2017) - Tokyo Disney Sea
    Going to Disney amusement park is the day I've been waiting the most. I've experienced Hong Kong Disneyland twice and wonder how ...
  • Japan Winter Trip, Day 5 (Jan 23, 2017) - Tokyo Disneyland
    Last day in Tokyo, I spent it at the known as happiest place on earth, Disneyland. Based on my experience going to Disney Sea, I made a h...

Instagram

Created With By ThemeXpose & Blogger Templates